Selasa, 25 April 2017.
Saya menghilangkan kunci saya. Seperangkat kunci yang di dalamnya terdapat kunci motor dan kontrakan yang saya jadikan satu dalam satu ring yang saya sebut gantungan.
Seluruh pojok dan altar serta ruang luas Gedung C kampus sudah pernah dijamah tangan ini untuk mencari. Tapi aneh, masih saja tidak bisa mata ini menemukan keberadaan kunci itu.
Ntah kemana perginya kunci-kunci itu. Kemungkinan hanya 2. Terselip ntah di lubang yang tak kasat mata, atau terbawa teman yang tak sengaja.
Perasaan ini masih mengatakan untuk tetap mencari dan percaya. Percaya bahwa tidak semua kehilangan tidak akan pernah berakhir baik. Mencari dengan harapan untuk menemukan sesuatu yang semua orang dekat saya bilang, 'ikhlaskan'.
Rabu, 26 April 2017.
Rasa percaya saya masih belum hilang. Saya cari kembali di setiap sudut yang saya singgahi di malam kunci itu hilang. Sekali dua kali tidak cukup. Tiap jam kosong, saya kembali ke tempat tersebut untuk sekedar mencari dan bertanya.
Setiap pencarian dan setiap pertanyaan selalu menghasilkan hasil yang nihil. "Sudah, ikhlaskan saja. Cepat panggil tukang kunci, kasihan motormu, sudah kena panas dan hujan tanpa kamu perhatikan."
Ohiya motor saya? Saya hampir lupa jika inti dari pencarian ini adalah motor saya. Mendengar jawaban itu, saya langsung melihat jendela yang mengarah tepat dimana motor saya diparkirkan. Masih sama, di tempat yang sama. Sabar sayang, kamu pasti kuat.
Hari sudah terlalu sore untuk saya menyadari bahwa saya harus menyelamatkan sesuatu yang selalu menyelamatkan saya. Motorku, esok kamu akan dapat kunci baru.
Kamis, 27 April 2017
Sebelum saya memutuskan untuk memanggil master of cracking anything (tukang kunci), saya sempatkan untuk kembali datang dan mencari serta bertanya lagi. Hasilnya ya sudah bisa ditebak.
Numpung masih pagi dan belum terlalu panas, saya langsung panggil dan menemani Bapak Kunci untuk menjalankan pekerjaannya di motor saya.
Sesampainya saya dan bapak itu di tempat di mana saya parkir motor, bapak itu langsung membuka tas ransel yang dibawanya untuk mengeluarkan peralatan yang sederhana. Hanya kumpulan kunci-kunci yang masih botak, kawat, senter dan tak lupa kikir.
Di colokkan kawat ke tempat kunci bagasi motor saya, dan bapak itu mulai menyenteri dalamnya. Bapak itu mulai mengikir kunci dengan kikirnya, seperti seorang seniman patung pahat kayu yang biasa saya lihat di Laptop Si Unyil.
Sambil bekerja, bapak itu nyeletuk dan bercerita.
"...Biasanya kalau sudah begini, kuncinya akan ketemu, dek." Sambil menengok kearah saya dan tersenyum menenangkan.
Mungkin bapak itu tau, saya sangat khawatir dan sangat mencari-cari keberadaan kunci itu. Ya iya, apalagi yang perlu saya sembunyikan? Yang saya katakan dalam hati hanya meng-amin kan perkataan bapak tersebut. Ya, saya masih berharap.
"... Kemarin, saya dipanggil untuk menduplikat kunci motor yang hilang ke daerah Gunung Kidul. Sampainya di sana, ternyata kuncinya ada di kantong celana paling dalam dari empunya..." Sambil menunjukan tangannya ke bagian kantong celana, mengisyaratkan.
Saya terdiam dan mematung. Segera saya rogoh kantong celana ini. Ya sama saja hasilnya. Kosong. Kalaupun sehabis menduplikatkan kunci ini, kunci yang hilang itu kembali, saya tidak akan menyesal, hanya bersyukur.
Saya kaget, tiba-tiba motor saya sudah bisa menyala. Tidak lebih dari 10 menit bapak itu berkerja dan semuanya sudah beres. Saya bayar dan bersiap-siap, lalu kami berpisah di parkiran. Tak lupa saya berterimakasih dengan tulus kepada bapak itu, dan juga teman-teman yang menyarankan untuk memanggil bapak itu.
Minggu, 30 April 2017.
Sudah hampir seminggu, kunci itu tak kunjung ketemu. Saya masih penasaran di mana kunci itu sekarang berada. Apakah ditangan orang, atau memang hilang. Bila ditangan orang, syaa harap orang itu sadar dan mengembalikan. That key belongs to me. Tidak ada gunanya kamu menyimpan itu. Tidak akan cocok dengan motormu, atau kendaraan apapun yang kamu punya. Kecuali, memang niatmu membawa pergi motor yang saya punya ini suatu saat nanti ketika saya lengah.
Saya senang, saya sudah berjuang sebelumnya. Tidak akan menyesal hati ini jika suatu saat kunci itu kembali. Jika memang kunci itu harus hilang, saya akan ikhlas. Tetapi sampai berapa lama lagi saya harus berharap kunci itu akan kembali?
Update.
Sabtu, 6 Mei 2017
Ponsel saya bergetar. Segera saya lihat, ternyata ada empat pesan dari seorang teman perempuan, sebut saja Titi.
"Ini bukan?" Itu pesan keempat yang ia kirim yang tampil di bar notifikasi ponsel saya.
Ini bukan apanya? Seingat saya, saya tidak pernah minta ambilkan apapun atau belikan apapun. Sekedipan mata langsung saya buka pesan dari Titi. Wah? Waw, ada foto juga yang ia kirim. Hm, itu kunci saya. WHAT? ITU KUNCI SAYAAA!!!!!!!! WTF. Ntah saya harus senang kegirangan atau malah marah dan meledak.
Saya tidak peduli tiga pesan lain yang membuntuti foto yang ia kirim, yang jelas, itu kunci motor saya. Kunci yang sudah lama saya ikhlaskan namun masih saya taruh di ujung harapan. Saya tidak ingat pernah berdoa untuk kembalinya kunci itu, namun terimakasih tuhan telah mengembalikan kunci ini dengan cara yang luar biasa tidak biasa.
Perasaan saya? Lega. Lebih dari senang. Aneh juga bila mengikhlaskan tapi masih berharap. Tapi, hasilnya berbuah manis. Ah, perasaan saya sedang campur aduk.