Kalau teman-teman ingat, saya pernah bilang saya seorang mahasiswa yang berkuliah di kota orang. Nasib anak perantauan yang gak punya kerabat di sini ya jadi hanya berujung di kamar petak yang kalian sebut kos.
Untuk seorang anak kos, mie adalah primadona, pilihan utama yang paling praktis tiap malam gelap dibalik keburu-buruan malam deadline. Hal itu bukan sesuatu yang di-ada-ada-in. Hal itu memang benar adanya di lapangan.
Tapi percayakah kalian, gak semua anak kos hobi makan mie? Taukah kalian gak semua anak kos nyimpen satu kardus mie disamping tempat tidurnya? Tahukah kalian gak semua anak kos itu pecandu mie? Ya, itu saya.
Saya sampai saat ini baru 3 kali makan mie dikos. Kenapa? saya bukan gak suka, saya penggemar berat indomie goreng. Belahlah dadaku, suer. Lalu kenapa saya keluar dari jalur? Kenapa saya tidak sesuai kodrat?
Mungkin teman-teman harus paham satu hal. Gak semua hal yang idientik dengan sesuatu itu berlaku untuk semuanya. Gak semua pengendara motor di Jakarta itu suka nyalip. Gak semua polisi itu suka disisipan seratusribuan diselah lekukan antara SIM dan STNK. Gak semua orang pacaran itu bahagia. Dan gak semua orang jomblo itu kesepian.
Saya adalah tipe anak kos yang lebih suka makan di luar. Bukan Mekdi atau Kaefci. Saya lebih memilih untuk makan dan menghabiskan uang di Warmindo (Warung Mi Indo) atau di sini akrab dipanggil Burjo.
Menu favorit saya adalah nasi telor dengan es teh manis. Dan yang paling penting, saya tidak pernah sendiri. Selalu ada teman yang bisa menemani makan setiap saat. Mau semurah apapun dan seremeh apapun makanan itu. Hanya teman.
Sesuatu yang gak akan teman-teman dapati kalau teman-teman jalan bersama pacar. Saya belom pernah punya pacar yang oke aja kalau tiap hari makan di pinggir jalan. Saya gak pernah nemui teman saya punya pacar yang oke aja diajak makan warteg tiap hari. Kalau pun ada, tandai dan jangan sampai lolos, kawan.
Selain itu, sudah bukan rahasia lagi loh kalau mie itu berbahaya. Saya gak perlu jelasin tapi pasti kalian pernah dengar. Atau pernah merasakan akibatnya. Begini deh teman-teman. Gak perlu untuk mengalaminya untuk tau rasanya. Membaca dan mendengar cerita itu cukup. Percaya lah teman-teman, pengalaman itu adalah guru yang paling baik.
Inti dari post yang ngjelimet ini adalah, ya itu. Gak semua anak kos itu tiap hari dipenuhi dengan Indomie. Sama seperti halnya orang yang pacaran, gak selalu bahagia. Dan orang yang jomblo pun, gak semuanya mereka kesepian.
Orang pacaran pun akan merasa lebih kesepian dari yang jomblo ketika waktunya hanya dikorbankan untuk sang pacar, ketika seluruh temannya yang jomblo menghabiskan waktu bersama. Bersyukur kamu yang jomblo. Dan untuk kamu yang punya pacar, coba renungin aja. Jangan kasih tau artikel ini ke pacarmu. Mwah.
Semua tergantung yang kamu makan kok.
Bener kan gue?
Bener kan gue?
0 comments:
Posting Komentar