Menasehati dengan Mencela.

Leave a Comment


     Assalamualaikum..
     Selamat memulai hari sekolah para readers yang setia... Pada kesempatan kai ini gua mau mengupas tuntas anggapan orang mengenai "Menasehati" dengan "Mencela" dengan teori Super Ngasal bin Ngaco ala Ilham, setelah riset selama beberapa bulan di planet Saturnus.

     Ada beberapa orang yang sensitif hatinya. Dia akan marah kalo kita mencoba mengomentari atau menasehati kelakuan/perkataan mereka. Sebenernya itu bukan sepenuhnya salah dia atau kita. Mungkin dia itu menganggap kalo kita itu "Sok Bener". Tapi, coba kalian pahami dulu kata-kata orang yang mengomentari kita, sebelum kita mengecap orang itu sebagai "Sok Bener".




     Pertama, kadang ada orang yang tulus menasehati kita dan ada pula orang yang menasehati kita karena tidak suka kita melakukan sesuatu yang tidak dia bisa atau sirik bin iri. Kita harus bisa membedakan apakah mereka yang mengomentari kita termasuk orang yang tulus atau Sirik tadi. Caranya yaa... Mereka yang sirik  kepada kita kalimat dalam komentar mereka cenderung menjelek-jelekan, merendahkan dan menyakitkan. haha. Dan juga cenderung mempengaruhi alam sadar kita untuk melakukan sugesti buruk yang mereka berikan. Tapi mereka yang mengomentari atau menasehati secara tulus akan memberikan solusi serta saran dan kalimat-kalimat yang positif.

     Kadang orang susah bedain mana "Menasihati" dan mana "Mencela".  Banyak orang tersinggung kalo di nasehatin. Sebenernya kita itu gak boleh asal buang nasehat orang. Kalo dinasehatin pasti jawabannya  "Ah sok bener lu, liat aja dirilu sendiri.. udah bener belom? baru nasehatin orang!!!!" . Heiiii Maaaaaaaaaaaaaaan!!! Kalian harusnya yang liat diri kalian sendiri, sudah sekotor apa kita ini? Sudah jelas banyak orang menyebutkan "TAK PERLU MENUNGGU UNTUK MENJADI BENAR BILA INGIN MENASEHATI SESEORANG, KARENA TAK ADA SATUPUN MANUSIA DI DUNIA INI YANG BENAR, DAN TAKKAN CUKUP WAKTU KITA BILA MENUNGGU MENJADI BENAR!". Dan satu lagi yang tak kalah penting itu ... "Jangan lihat siapa yang berbicara, tapi dengar apa yang dibicarakanya!".  Maka dari itu, mulai dari sekarang kita dengarlah nasehat-nasehat orang-orang yang menyayangi kita, sebelum menyesal dikemudian hari.

   
          Lainhalnya dengan "Mencela". Sama, tapi berbeda. Mencela itu adalah suatu perkataan, perbuatan atau suatu apapun yang sifatnya merendahkan, menjelek-jelekan, mengejek, menghina, dan lain-lain. Beda dengan Menasehati. Menasehati bersifat membangun, memperbaiki. Sebaliknya, Mencela itu bersifat menjatuhkan mental/batin. Maka dari itu akan aneh kalau kita malah mencerna dan memasukan dalam hati hinaan orang lain. Lebih baik kita Stay Cool, Keep calm aja. Hinaan bukan sesuatu yang penting-penting banget, cuman buat kita down, cupu, kurang pede. Mungkin jadi galau kaya anak abg jaman sekarang yang twitter dijadiin buku diary. Oke, back to the topic! Satu yang bisa gua sampein "Jangan tangkep 100% hinaan orang terhadap kita, hanya akan membuat kita terpaku, termenung. Sedangkan kita punya kehidupan yang nggak bisa kita tinggalin. So.. don't really have much sad in your life, because you have thousand stars to reach!". Dan balikin kata-kata mereka yang gak mau nerima nasehat kita, pukul mereka hingga mereka termenung memikirkannya "Eh lu! lu pikir idup lu udah bener? seenaknya aja lu hina orang, lu pikir lu sempurna? Beli baso aja masih ngutang lu!!". Sudah jelas manusia tidak punya hak untuk menghina manusia lainya. Karena kita manusia. Kalo elu dewa gua baru takut.

      Semoga post kali ini bermanfaat bagi pembaca semua, karena orang yang baik adalah orang yang mendengarkan apa yang orang nasehati, bukan melihat siapa yang menasehati. Maaf kalo tulisan ini kurang jelas atau bagaimana, karena apa yang gua mau sampaikan adalah bukan pengetahuan gua, tapi pendapat gua, jadi wajar kalo sulit dimengerti. Maaf kalo ada salah ketik, kata, kalimat, isi, atau apalah itu, karena gua hanya seorang manusia, tempatnya kesalahan. Wasalamualaikum...
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 comments:

Posting Komentar